Kugadaikan Jilbabku Demi Ibu...
Salam sejahtera untuk sahabatku nan jauh disana...
masihkah engkau ingat aku? aku yang dulu selalu merepotkanmu.
sahabat, aku memang tidak seberuntung engkau, engkau hidup dalam keluarga yang taat beribadah, aku tahu betapa cintanya engkau terhadap agamamu dan bangga terhadap pakaianmu yang dulu sering kau sebut sebagai "Libasut Taqwa".
Sahabat, aku tidak tahu harus malu atau bangga mengakui keadaanku yang sekarang ini, tahukah engkau? selepas SMA kita tak pernah berkomunikasi lagi, bukan aku tak mau menghubungimu tetapi aku takut mengganggumu, aku takut engkau tak lagi menerimaku...
Aku memberanikan diri menulis surat ini untukmu, aku tidak tahu akankah engkau mau membalas atau tidak, setidaknya aku ingin engkau membacanya...
Sahabat, ingatkah engkau ketika dulu aku mengatakan "aku tidak ingin melepaskan jilbabku, apapun yang terjadi aku berjanji akan menjadi agen muslimah yang baik", dibawah pohon Cakar Langit depan kelas kita dulu... tetapi semua kini berbeda...
masihkah engkau ingat aku? aku yang dulu selalu merepotkanmu.
sahabat, aku memang tidak seberuntung engkau, engkau hidup dalam keluarga yang taat beribadah, aku tahu betapa cintanya engkau terhadap agamamu dan bangga terhadap pakaianmu yang dulu sering kau sebut sebagai "Libasut Taqwa".
Sahabat, aku tidak tahu harus malu atau bangga mengakui keadaanku yang sekarang ini, tahukah engkau? selepas SMA kita tak pernah berkomunikasi lagi, bukan aku tak mau menghubungimu tetapi aku takut mengganggumu, aku takut engkau tak lagi menerimaku...
Aku memberanikan diri menulis surat ini untukmu, aku tidak tahu akankah engkau mau membalas atau tidak, setidaknya aku ingin engkau membacanya...
Sahabat, ingatkah engkau ketika dulu aku mengatakan "aku tidak ingin melepaskan jilbabku, apapun yang terjadi aku berjanji akan menjadi agen muslimah yang baik", dibawah pohon Cakar Langit depan kelas kita dulu... tetapi semua kini berbeda...
Sahabatku... ingatkah engkau ketika kita dulu menghabiskan satu kotak bekal makanan berdua? makanan tersebut adalah bekalmu, ya bekal yang telah dipersiapkan oleh ibumu dan parahnya aku hanya minta kepadamu, tetapi aku salut padamu, engkau tak pernah bosan dan jenuh berbagi denganku. bahkan aku masih ingat betul ketika aku diberi sekotak bekal nasi lengkap dengan lauknya oleh ibumu yang dititipkan kepadamu. Sungguh aku ini tak tahu malu dan tak tahu diri ya!
Masa kelas XII SMA adalah masa yang paling indah bagiku, ketika aku memiliki sahabat-sahabat yang menyayangiku sepenuhnya, yang tak sungkan untuk berbagi denganku, dengan seorang anak tukang cukur keliling.
Tahukah engkau ketika perceraian Ibu dan Ayahku terjadi? Ibu menjadi seperti orang yang kurang waras, ibu sering jalan-jalan dan berbicara sendiri, saat-saat itulah hal yang paling berat dalam hidupku. Aku yang dulu adalah seorang anak pejabat, lalu menjadi seorang anak tukang cukur keliling, karena apa? karena Ayahku korupsi dan akhirnya semua asset keluarga dijual termasuk Salon Rias Pengantin Ibuku...
Ah, terlalu pahit semua itu.. tetapi akan aku ceritakan semua ini padamu bahkan pada semua orang, agar kalian semua dapat menjaga dan menghargai apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kalian, termasuk iman didalam dada kalian...
Pasca lulus dari SMA, aku dikenalkan dengan salah seorang mitra kerja Ibu (Ibu sudah mulai dapat menerima kenyataan dan mulai semangat untuk melanjutkan hidup), aku yang tidak niat untuk kuliah justru ditawari untuk kuliah dengan syarat aku bekerja di perusahaan milik mitra ibuku ini. Ibu mendesak, dan akhirnya akupun meng-iya-kan dengan perasaan yang masih takut.
aku dibawa ke sebuah rumah yang indah nan megah, aku diberi fasilitas yang begitu baik, ya.. seketika hidupku menjadi glamour. Lalu keesokan harinya aku diberi instruksi untuk bekerja, ternyata kerjaku simple karena hanya menagih biaya kontrakan dari rumah ke rumah, ya mitra ibuku ini memang seorang pengusaha properti dan kontrakan. Lama kelamaan hidupku dan ibuku mulai membaik dan meningkat drastis, aku menjadi orang yang berkecukupan dan pada akhirnya mitra ibuku (sebut saja namanya Kumbang) melamarku. aku ingin menolak, tetapi lagi-lagi ibu menekan dan memaksaku, dan untuk kedua kalinya aku meng-iya-kan permintaannya.
Ya, aku resmi menjadi istrinya, kami menikah secara hukum Islam, tetapi tahukah engkau? selepas kami menikah, dia melarangku untuk mengenakan jilbab, aku dibelikan pakaian-pakaian seksi yang super ketat dan minim dan aku wajib memakainnya bahkan untuk berkuliahpun aku harus mengenakan pakaian yang seperti itu, oh ya aku kuliah di Univ swasta di daerah JakTim dan mengambil jurusan Akuntansi.
Awalnya aku malu mengenakan pakaian ini, tetapi lama kelamaanpun terbiasa dan akhirnya ini menjadai gaya hidupku kini. yang aku inginkan tidaklah banyak, aku hanya ingin Ibu bahagia, bisa jalan-jalan kemanapun yang ibu mau dan bisa beli apapun dan makan enak dengan uang dari Kumbang itu. Salahkah aku?
Aku ternyata adalah istri ketiganya, dan kini aku bukanlah lagi seorang muslimah sepertimu. engkau pasti paham apa yang aku katakan kini..ya aku murtad... mungkin ini adalah jalan hidupku, aku gadaikan jilbabku demi ibuku... aku tinggalkan semua baju muslimahku dan kini menjadi seorang yang begitu stylist dan doyan foya-foya..
Sahabatku...jika aku ingin kembali, masihkah DIA memberikan maaf bagi wanita yang telah kotor sepertiku? yang telah menjadi budak dunia dan telah mempermainkan hukum-hukumNYA?
sahabat...aku ingin bimbinganmu.. bimbing aku lagi seperti dulu ketika kita SMA...
Aku sungguh menyesal dengan kehidupanku yang kini, aku merasa tak berguna, aku ingin keluar dari jeratan ini aku ingin kembali menjadi muslimah.. tetapi.. ibuku tak mengizinkan dan si Kumbangpun tak akan mengizinkan.. Aku harus bagaimana kini? seringkali aku menangis dalam kesendirianku, ingin rasanya aku Shalat Tahajudd seperti dulu namun rasanya tak mampu lagi....
tolong share kepada siapapun dengan rahasiakan identitasku,
Sahabat, JAGA IMAN dalam hati kalian, jangan sampai hal ini terjadi pada kalian...
Salam,
- Mutiara Hati -
0 komentar:
Posting Komentar