~Dibalik
Rutinitas Orang Tua yang Sibuk~
Saat
itu aku bertemu dengan teman lamaku, seperti halnya orang – orang, kita saling
menanyakan kabar yang tidak pernah kita ketahui selama tidak bertemu, baik itu
tentang pendidikan, pasangan, sampai apa yang sedang kita tekuni saat ini.
Dia
teman lamaku yang bercerita terlebih dahulu, aku bingung mendengarnya, karena
kegiatan sehari – harinya hanya dirumah dan dirumah, padahal dia seorang
lelaki. Baru setelah itu aku yang bercerita, setelah selesai, dia berkomentar ,
“Aku mau seperti kamu, banyak teman, banyak kegiatan yang bermanfaaat, mudah
bersosialisasi, orang tua mendukung, keluarganya harmonis. Kapan aku bisa
merasakan hal itu”.
Aku
terheran karenanya. Baru aku angkat bicara setelah berfikir beberapa detik, “Semua
anak pasti mendapat dukungan dari orang tuanya, hanya saja kamu tidak tahu
kalau orang tua kamu secara tidak langsung telah mendukung kamu dari segi
apapun. Mereka mungkin sibuk, tapi mereka selalu punya rasa khawatir terhadap
anaknya, kamu jangan dulu berfikir buruk tentang mereka, tidak baik”.
“Tapi
tidak merasakan ada kehangatan dalam keluargaku, jangankna untuk mengobrol,
berkumpul satu hari full saja belum pernah, kamu tau sendiri kan? Ibu ku sibuk
berdagang, Ayah di luar kota dan jarang pulang, pulang hanya satu bulan sekali,
itupun hanya hari minggu. Lebih buruk lagi, minggu ini dia tidak pulang,
seharusnya dia pulang sekarang”. Keluhnya.
Dia
melanjutkan kembali “Aku sendiri dirumah, semua pekerjaan rumah aku yang urus,
mulai dari memasak sampai mengurus adik – adik. Kalau aku lagi ada masalah, aku
pendam sendiri, kadang aku mengurung diri dikamar, aku ngga punya teman untuk
cerita, orangtua pun tak ada, tak ada waktu untuk anaknya. Untung saja aku
tidak sampai bunuh diri”.
“Hei!
Jangan sampai begitu ah.. aku orang pertama yang tidak setuju atas ucapan mu
tadi”.
“Ya
iyalah, kan disini cuma ada kamu,ya pasti kamu jadi orang pertama.. hahaha..”
“Kalau
begitu, mulai sekarang kalau kamu ada masalah, cerita aja sama aku ya, insya
Allah kalau aku ada waktu luang, aku siap mendengar keluh kesah kamu. Oke”.
Ucapku.
Ya inti dari cerita tadi, saya
simpulkan bagi para orang tua ataupun para calon orang tua harus mampu membagi
waktu untuk pekerjaan dan anak. Semangat anak ada pada tanggung jawab orangtua.
Jangan sampai karakter anak berubah menjadi pemurung ataupun bisa sampai brutal
hanya karena kurangnya pengawasan dari orangtua, kurangnya waktu yang
diluangkan untuk anak.
Anak
bukan nya ingin dibantu, tapi anak hanya butuh didampingi, didengarkan keluh
kesahnya, diberi solusi untuk menyelesaikan masalahnya, lama – lama anak pun
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri secara bijkasana. Itu karena berawal
dari dukungan orang tua.
Bantu
para guru disekolah yang menjadi orang tua kedua bagi anak, jika anak sedang
berada dilingkungan rumahnya. Bantu untuk mengawasi, mendidik, meningkatkan
semangat belajar anak. Karena Guru di sekolah, Orangtua di rumah dan teman –
teman di lingkungan nya yang akan mempengaruhi karakter dan perkembangan pada
anak.
Terima
kasih. Salam Senyum Semangat dari Dede Eka N, calon Sarjana Pendidikan, hehehe.
0 komentar:
Posting Komentar