Tuan Kelinci
Artikel Kiriman: Kategori Cerpen
Aku mengaguminya dari sini. yeah, dari tempat yang jauh darinya, Aku senang bila melihat senyumnya walau dari ujung monas sekali pun, Aku suka memperhatikan gerak-geriknya, cara dia berjalan, cara dia berbicara bahkan cara dia merapihkan rambutnya.Jika ada yang bertanya lagu apa yang cocok menggambarkan perasaanmu saat ini? "CINTA DALAM HATI" :) lagu itu sepertinya pas jika dijadikan backsound edisi tulisan ku saat ini.
Aku tahu kasus ku saat ini adalah mencintai seseorang secara diam-diam, Aku sadar akan hal itu dan aku menikmati itu.Jujur aku gak berani untuk mengungkapkan rasa ini bahkan untuk sekedar menyapa pun aku takut. Aku terlalu takut dengan responnya nanti, entah itu baik atau buruk. Aku pernah mencoba untuk sok asik ketika di dekatnya dan apakah kalian tahu apa yang terjadi? dia memandangku aneh -,- Yaaaa Tuhan !!!! betapa bodohnya Aku ini. Aku benci kenapa setiap kali aku di hadapkan dengan Tuan Kelinci selalu saja ada hal buruk menimpa diriku, sungguh menyebalkan -,-Jujur, sesekali Aku ingin terlihat sempurna di mata Tuan Kelinci, Aku ingin terlihat cantik ketika di depannya, Aku ingin terihat anggun jika sedang bersamanya, Aku ingin semua yang ada pada diriku terlihat sempurna tanpa cacat sedikit pun. Beberapa kali aku dihadapkan dengannya tapi kenapa selalu saja Aku salah tingkah, aku benci itu. Aku mencoba untuk selalu stay cool bila bertemu dengannya dan itu adalah salah satu usaha yang berat bagiku karena apa? Aku tidak pernah bisa mengendalikan rasa ku ini -,-
Tanpa ku sadari hampir setahun berlalu aku memendam perasaan ini, Tuan Kelinci pun tahu tentang hal ini. Keacuhannya membuat batin ini perih, dia melihat bahkan sesekali dia mendengar hanya saja di cuma sekedar berpura-pura tidak peka dengan semua ini. Sungguh menakjubkan jika dia beralasan bahwa ada hati yang harus ia jaga dan tak boleh tersakiti.
Aku mengerti akan hal itu, tapi cobalah sekali saja kau merasakan menjadi diriku apakah kau juga bisa mengalah dan menahan perih hati ini?
Dulu dan sekarang berbeda, dulu tidak ada sepatah dua patah kata yang terlontar tapi kini berbasa-basi ria itu ada. Aku senang, artinya ada harapan bagi ku untuk bisa memilikinya.
Aku selalu menyempatkan diriku agar bisa melihat senyum manisnya itu, yaaaa dimana pun ia berada. Ku habiskan waktu bersama teman-temanku untuk sedikit bercerita akan hal-hal terhebat yang ada pada diri Tuan Kelinci.
Buku tulisku penuh dengan coretan kecil tentangnya, aku juga punya folder khusus tentang Tuan Kelinci. Memang akhir-akhir ini entah mengapa kita selalu dipertemukan, dalam kegiatan ini maupun kegiatan yang lain. Sepertinya sekarang aku sudah mulai terlatih, aku mulai tidak salting lagi bila bertemu dengannya.
Aku pernah mendengar cerita dari teman terdekatku bahwa akhir-akhir ini Tuan Kelinci sering membicarakan tentang diriku. Sepertinya perjuangan hati ini ada kemajuan, makin tinggi saja harapan ku padanya.
Hingga suatu malam, Tuhan menyempatkan aku untuk mengetahui lebih dalam siapa si Tuan Kelinci yg kini ku kagumi itu, Tuhan telah mebuka mata hati ini. Aku melihat Tuan Kelinci dengan gadis lain, gadis yang mungkin lebih cantik dariku. Sungguh sakit rasanya, seperti hati yang sedang tersilet-silet, ini perih.
Sebelumnya aku memang pernah mendengar tentang gadis itu, aku sempat mendengar cerita-cerita manis tentang Tuan Kelinci dan Gadis Berjubah Biru itu tapi aku tidak percaya karena tidak ada bukti yang kuat tentang cerita mereka berdua. Dan sekarang aku melihat dengan mata kepala ku sendiri, aku melihat tepat dihadapanku.
Dan rasanya itu sakit, perih.... :'(
Hati ku sangat kacau kala itu, ingin rasanya aku menjatuhkan tubuh ini terjun dari ujung Lantai 3 lembaga kampus tapi ku rasa tidak akan mungkin ku lakukan, itu sangat berlebihan.
"...Tuan Kelinci. Cukup, aku lelah menunggumu, aku sudah terlalu jauh berharap. Kesetianku patah seketika, aku sadar bahwa kau hanya mimpi bagiku dan tak akan pernah berubah menjadi nyata dan kini segala rasa tentangmu harus di padamkan..."
Kiriman dari Tanpa Nama
*Atikel Kiriman; Bentuk dan Isi adalah tanggung jawab penulis.
0 komentar:
Posting Komentar