Refleksi Kisah Klasik

Refleksi Kisah Klasik
(sebuah note yang diangkat dari pengalaman pribadi)
Oleh: Agung Purwa Widiyan, S.Pd


“Mimpi adalah Kunci untuk kita menaklukan dunia”
Kalimat diatas merupakan penggalan lirik dari sebuah lagu Laskar Pelangi yang sempat fenomenal . Ada yang menarik dari kalimat tersebut, kalimat yang mengajak kita bukan lagi menggapai mimpi tapi bagaimana kita untuk melampaui mimpi tersebut. Tak pernah terbayangkan sebelumnya saya pernah mengenyam tenun pendidikan tinggi di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang. Jika ditarik kebelakang, yang terpikirkan ketika lulus dari Sekolah Menengah Atas adalah bagaimana caranya untuk melanjutkan study di jenjang Strata-1 pada jurusan yang sesuai dengan keinginan orang tua. Maklum, hampir semua mahasiswa yang berkuliah di UPI Kampus Serang, motivasi kuliah mereka disini bukan karena keinginan pribadi yang kuat dari dalam hati melainkan dorongan, paksaan atau bahkan yang terpenting bisa kuliah lah yang menjadi alasannya (semoga hari ini tidak demikian). Karena faktor dorongan orang tua yang mengetahui betul tentang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) terpilihlah PGSD UPI Kampus Serang untuk kemudian saya coba mendaftarkan diri. Kendati begitu, saya mencoba mencari pembenaran mengapa saya harus kuliah di PGSD dan pertanyaan tersebut terjawab pada saat interview seleksi masuk UPI melalui jalur mandiri. Saya dengan sok bijak mengatakan kepada pewawancara alasan saya mengapa saya masuk PGSD UPI Kampus Serang, saya menjawab dengan nada terbata-bata, ”Dalam hadis dikatakan bu, ada tiga amalan yang tidak akan terputus tali pahalanya, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang soleh, jadi saya berpikir bu dengan menjadi guru, kita berkesempatan untuk menyampaikan ilmu, bayangkan bu, jika kita mengajarkan satu ilmu kepada 40 siswa kita, kemudian semua siswa kita mengamalkan ilmu tersebut. Misalnya saja ilmu bagaimana menyimpan sampah pada tempatnya. Itu bisa menjadi Ilmu yang bermanfaat bu jika siswa mengamalkannya, bisa dihitung bu jika kita mendidik lebih dari 40 siswa atau lebih dari 5 tahun, ini investasi pahala yang luar biasa bu, jika saya wafat dikemudian hari sebagai guru Insya Alloh pahala mengalir takan berhenti. Jadi begitu bu alasan pribadi saya”. Hingga saya diterima di kampus ini, awalnya saya menolak untuk berkuliah disini (Terbayangkan kondisi Kampusnya seperti apa? waktu itu masih tahun 2010 loh, jauh berbeda dengan kondisi saat ini). Tapi skenario hidup saya yang tertuliskan mengantarkan saya untuk memulai cerita baru di Kota Serang, Propinsi Banten.
Menjadi mahasiswa di Kampus yang dipenuhi mayoritas oleh kaum hawa ini benar-bemar menawarkan keunikan dan kekhasan tersendiri untuk dialami, tetapi sebelum membahas lebih lanjut mengenai keunikan dan kekhasan UPI Kampus Serang, ada hal lain yang menarik untuk sekiranya kita renungkan. Kita pernah mendengar bukan kisah dari banyak orang yang tak lulus kuliah atau meninggalkan kuliahnya akan tetapi menjadi seorang yang sukses dan luar biasa dikemudian hari? Yaa sebut saja mereka seperti Mark Zuckerberg, Bill Gates, Steve Jobs, dan Larry Elison. Mereka Drop Out dari kuliah bukan karena mereka bodoh atau terkendala biaya kuliah melainkan karena mereka meyakini sesuatu yang menurut mereka, mereka bisa melakukannya dan hal tersebut memang benar-benar  terbukti, beberapa dari mereka bahkan berhasil menjadi seseorang yang prodigious. Mark Zuckerberg sanggup membuat facebook walaupun harus memutuskan untuk meninggalkan kuliahnya di Harvard University. Bill Gates pun demikian, walau keluar dari Harvard University, dirinya pernah menjadi CEO Microsoft. Bahkan yang sempat dibicarakan banyak orang di Indonesia saat ini, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Ibu Susi Pudjiastuti nekat mengambil jalan berbeda dari jalan kebanyakan orang,  walau tak lulus SMA tapi bisa menjadi seorang Menteri di Kabinet Kerja Pak Jokowi. Maka timbul pertanyaan lalu kita kuliah untuk apa ?. Idealnya, jika mereka saja yang tak lulus dari bangku kuliah mampu menjadi seseorang yang hebat di kemudian hari, lalu bagaimana dengan mereka yang bersekolah dan berhasil kuliah hingga selesai dan wisuda. Disini saya ingin mengajak berpikir melingkar untuk selalu menunda segala penilaian terhadap seseorang, agak keliru jika langsung ditanggapi dengan berpikiran berarti tidak perlu sekolah tinggi-tinggi untuk menjadi menteri cukup dengan lulusan Sekolah Menengah Pertama bisa jadi menteri, bukan itu. Rheinald kasali mengatakan ini bisa menggunakan pendekatan metakognisi ( baca: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/054500426/Mooryati.Soedibyo.Dian.Sastro.dan.Metakognisi.Susi.Pudjiastuti )

Melihat fenomena tersebut diatas, yang saya ingin garis bawahi adalah bahwa mereka yang memutuskan untuk mengambil jalan yang berbeda bukan berarti mereka berjalan tanpa resiko, justru mereka harus berupaya lebih keras bahkan patut mendidik dirinya secara sendiri (self driver). Refleksi kisah klasik ini menghadirkan pertanyaan-pertanyaan, mengenai tujuan kuliah, episode hidup, atau Berani kah kita ?. Pertanyaan ini menekankan pada proses perkuliahan yang sedang kita jalani kemarin, hari ini dan hari yang akan datang. Adakah target yang kita tuliskan?. To Be Continue…
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar